Bernyanyi Memuji Tuhan

Bernyanyi Memuji Tuhan
Geralda Vania Panjaitan - Gearin Tabitha Panjaitan - Timothy Martin Lumbantoruan (2GT)

Kamis, 23 Oktober 2014

Sekum PGI Tulis Surat Terbuka untuk Jokowi

Penulis: Francisca Christy Rosana 09:52 WIB | Senin, 20 Oktober 2014

Sekum PGI Tulis Surat Terbuka untuk Jokowi

Sekretaris Umum PGI saat ini, Pdt. Gomar Gultom. (Foto: Prasasta Widiadi).
 
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Sekretaris Umum Persatuan Gereja-Gereja Indonesia (PGI), Pendeta Gomar Gultom menulis surat terbuka untuk Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang hari ini diambil sumpahnya sebagai Presiden Republik Indonesia ke tujuh.

Dalam surat tersebut, Gultom menyuarakan kegelisahan rakyat terhadap keadaan para elite politik yang seringkali hanya berpihak pada kepentingan-kepentingan pribadi dan kelompok. Perilaku para elite ini dinilai telah berimbas pada kehidupan masyarakat, salah satunya pemaksaan kehendak yang berujung pada perebutan hak-hak mendasar rakyat Indonesia.  

Untuk itu, Gultom menaruh harapan dan keyakinan pada babak baru Indonesia yang ‘dinahkodai’ oleh Jokowi ini agar masyarakat memperoleh kesejahteraan yang semestinya dan sepatutnya melalui penegakkan kebijakan yang berpihak pada rakyat, bukan hanya pada jajaran politisi negeri.
Berikut adalah surat lengkap Gomar Gultom untuk Presiden RI ke-7, Ir. H. Joko WIdodo yang diterima satuharapan.com, Senin (20/10).

Isi Surat Terbuka
Yang kami kasihi dan hormati: Bapak Joko Widodo, Presiden Republik Indonesia!

Hari-hari belakangan ini seluruh rakyat bergembira dan tak sabar untuk segera tiba pada hari pelantikan Bapak hari ini menjadi Presiden Republik Indonesia.

Entusiasme rakyat yang begitu besar adalah akumulasi dari perjalanan bangsa kita yang masih jauh dari cita-cita pembentukan NKRI kita: masyarakat yang adil dan sejahtera. Di sana-sini kita masih menyaksikan bagian terbesar rakyat kita yang hidup dengan peluh dan kerja keras tapi masih jauh dari hidup layak; kita juga menyaksikan perlakuan diskriminatif terhadap wilayah dan kelompok tertentu, termasuk terhadap penganut agama, yang secara jumlah tergolong kecil.

Rakyat juga menyaksikan masih banyaknya elit bangsa kita yang dikendalikan oleh nafsu kekuasaan untuk memuaskan kepentingan, kelompok dan partainya, yang mengambil bukan haknya dan yang meminggirkan orang di luar kelompoknya. Penegakan hukum seolah berjalan di tempat, bahkan terkesan tajam ke bawah, tumpul ke atas.

Perilaku elit bangsa sedemikian juga mengimbas ke dalam perkehidupan bangsa di lapis akar rumput. Kita sehari-hari menyaksikan pemaksaan kehendak oleh sekelompok orang ke ruang publik berbungkus slogan-slogan agama, tetapi tanpa mengindahkan konstitusi.

Dalam kaitan inilah kami bersyukur atas kehadiran Bapak Joko Widodo sebagai Presiden, dan Muhammad Jusuf Kalla sebagai Wakil Presiden, yang telah dilantik hari ini; yang bagi kami umat Kristiani, kami terima sebagai anugerah Tuhan bagi bangsa Indonesia untuk menghalau bayang-bayang kegelapan dari perjalanan bangsa kita.

Kami percaya dan menaruh harapan kepada Bapak, untuk memimpin negeri ini tanpa sedikit pun keraguan atas mandat yang didasarkan pada Konstitusi. Kami percaya dan berharap, Bapak akan lebih mengedepankan kepentingan Konstitusi dan bukan terutama memuaskan para konstituen Bapak.

Salah satu masalah pelik yang kita hadapi sebagai bangsa yang majemuk ini adalah perebutan ruang publik, termasuk perumusan hukum, perundang-undangan dan kebijakan negara; oleh masing-masing kelompok, etnis dan agama. Adalah suatu kewajaran bila setiap kelompok, termasuk agama, untuk mengedepankan nilai-nilai yang dianut masing-masing kelompok ke ruang publik.

Tetapi terhadap kewajaran ini, adalah suatu keharusan bagi pemerintah dan seluruh pengurus negara untuk mengedepankan konstitusi melebihi nilai-nilai kelompok tersebut. Adalah suatu keharusan bagi penyusun undang-undang, peraturan dan kebijakan negara untuk mengobjektifikasi seluruh nilai-nilai tersebut sebelum menjadikannya berlaku kepada publik, karena pada akhirnya setiap produk hukum,  perundang-undangan dan kebijakan negara haruslah imparsial.

Hanya dengan demikian bangsa kita bisa terhindar dari perlakuan diskriminatif kepada warga masyarakatnya. Hanya dengan demikian kita tetap bisa hidup sejahtera di tengah kepelbagaian yang ada, dalam semangat Bhinneka Tunggal Ika. Semangat seperti ini, kami lihat nyata dalam Visi-Misi Bapak, yang Bapak paparkan semasa kampanye lalu.

Dalam kaitan inilah saya menaruh harapan dan keyakinan akan keteguhan dan keberanian Bapak, sebagaimana juga telah Bapak tunjukkan ketika masih memimpin DKI Jakarta sebagai Gubernur.

Sebagai umat Kristen, tentu saja saya mendukung semua pihak yang berkehendak baik bagi kepentingan bangsa kita, sama seperti semua umat Kristen di seluruh di manapun berada, termasuk, tentu saja, Pemerintahan di bawah kepemimpinan Bapak.

Sebagai WNI, gereja-gereja di Indonesia, senantiasa menekankan setidaknya lima hal kepada segenap umat agar :
1. Taat dan hormat kepada pemerintah yang berwibawa, sebagaimana diamanatkan dalam Kitab Roma 13.
2. Mendoakan pemerintah dan seluruh pengurus negara agar senantiasa berada dalam ridho Allah.
3. Membayar pajak.
4. Mematuhi hukum dan perundang-undangan.
5. Menyampaikan suara nabiah sebagai bentuk pengawalan kritis terhadap aparat pemerintah

Hari ini Bapak dilantik menjadi Presiden. Kami menyerahkan Bapak ke dalam naungan Tuhan. Tangan Tuhan tak kurang untuk menatang perjalanan Bapak. Dan biarlah hikmat yang dari padaNya senantiasa turun atas Bapak.

Selamat memimpin Bangsa Indonesia: Tuhan beserta Bapak!


Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja

Tidak ada komentar:

Posting Komentar