Halo Sobat Studentpreneur!
Cerita ini tentang perjuangan Pak Tirto Utomo dalam merintis Air
Minum Aqua, dari dihina banyak orang sampai sekarang menjadi air minum
dalam kemasan terbesar di Indonesia. Cerita ini sangat inspiratif dan
harus dishare untuk semua Sobat Studentpreneur, baik yang sudah
mempunyai bisnis atau yang masih dalam tahap ingin mempunyai bisnis.
Bukan sekedar tips bisnis untuk pemula, namun tentang ketangguhan mental
Pak Tirto, strategi bisnis beliau ketika Aqua masih sangat kecil,
sampai alasan kenapa harus berafiliasi dengan Danone.
Pak Tirto yang lahir pada Maret 1930 bekerja di perusahaan asing
ketika masih muda. Ketika tamu perusahaannya yang orang asing berkunjung
ke Indonesia, banyak yang mengeluh soal air minum. Mereka banyak yang
sakit perut, atau sekedar tidak suka rasa air minum saat itu, yang
memang hanya direbus dari air tanah. Selain itu, Pak Tirto yang juga
sering ditugaskan ke luar negeri oleh perusahaannya, mengamati bahwa di
luar negeri, sudah banyak sekali air mineral dalam botol yang dijual dan
dikonsumsi secara bebas. “Wah, di Indonesia tidak ada nih, “ pikir
beliau saat itu. Pak Tirto mulai menangkap adanya peluang air putih
dalam kemasan yang saat itu tidak ada di Indonesia.
Pak Tirto pun memutuskan untuk belajar mengenai cara membuat air
minum dalam kemasan ke Bangkok, Thailand. Saat itu, dia sampai
ditertawakan oleh Bapak Ibnu Sutowo, salah satu petinggi militer
Indonesia. Bapak Ibnu Sutowo sempat mengatakan, “Tirto, kamu itu kok
aneh-aneh. Di Indonesia ini air sampai banjir-banjir, lah kok kamu mau
jualan air putih”. Wajar saja kalau Pak Ibnu berpendapat seperti itu,
karena di Indonesia memang semua orang minum langsung dari rebusan air
tanah, tidak ada industry air minum sama sekali.
Namun, Pak Tirto menunjukkan ketangguhannya. Ciri-ciri seorang
entrepreneur dengan jelas dia perlihatkan, sikap pantang menyerah!
Beliau sangat yakin bahwa Aqua akan maju dengan cepat, karena memang
tidak mempunyai saingan di Indonesia. Maka beliau memutuskan keluar dari
perusahaan dan membangun pabrik Aqua di Bekasi pada tahun 1973. Ada
cerita menarik ketika Pak Tirto akan membuat Aqua ini. Nama awal Aqua
adalah Puritas. Namun, ketika Pak Tirto membuat logonya, desainer logo
tersebut memberikan saran bahwa nama Puritas terlalu sulit untuk
dilafalkan, dan menyarankan memakai nama Aqua saja yang artinya air. Pak
Tirto langsung senang dan mengganti nama Puritas menjadi Aqua. Produksi
segera dimulai pada tahun 1974 dan mulai dijual pada Oktober 1974.
Semua sudah sesuai rancangan, optimism membumbung tinggi, kesuksesan di
ujung mata, dan… Aqua TIDAK LAKU!!
Pasar Indonesia masih belum bisa menerima air minum dalam botol.
Mereka menganggap minum air rebus dari air tanah sudah cukup. Penjualan
terus merosot, sampai 3 tahun terpaksa Pak Tirto memberikan ultimatum
pada timnya. Kalau sampai tiap bulan masih harus ada investasi tambahan
untuk biaya operasional, maka terpaksa aqua harus ditutup. Akhirnya, tim
penjualan mengujicoba konsep ekstrem. Harga Aqua dinaikkan tinggi,
dengan harapan margin semakin besar untuk menutup kerugian. Ajaibnya,
jumlah penjualan bukannya turun, malah naik dengan sangat drastis!
Itulah titik balik kebangkitan Aqua.
Pasar Aqua ketika itu masih terbatas orang asing atau ekspatriat yang
bekerja di Indonesia. Contohnya salah satu perusahaan Korea yang
mengerjakan proyek tol Jagorawi menjadi pelanggan setia Aqua. Kalau
pekerja Indonesia hanya minum kopi atau teh, justru ekspat di perusahaan
tersebut hanya minum air putih botolan merk Aqua. Pada tahun 1984,
barulah Aqua masuk ke pasar lokal, namun masih sangat eksklusif di
toko-toko tertentu. Sudah mulai ada pelanggan tetap air galonan, namun
sangat terbatas di kalangan eskpatriat. Saat itu, di pasar air dalam
kemasan yang laris terjual dan ada di hampir semua toko adalah berwarna
merah (tidak perlu menyebut merknya, namun saya rasa anda pasti sudah
tahu merk apa itu). Aqua sendiri hampir tidak terlihat di pasaran.
Namun bukan Pak Tirto namanya kalau menyerah begitu saja. Beliau
mempunyai cita-cita di setiap toko, ada warna biru (logo Aqua berwarna
biru) diantara warna merah. Dimulailah strategi guerilla marketing ala
Pak Tirto. Dimulai di kota Jakarta, setiap warung dan pedagang rokok
diber 3 botol gratis pada awalnya. Waktu itu tim penjualan banyak yang
bertanya pada Pak Tirto, “loh pak kok Cuma 3 botol?”. Namun beliau
justru menjawab, dengan hanya 3 botol tiap toko, maka setiap 2 botol
laku, tinggal 1 botol. Hal ini akan membuat kesan Aqua sangat laris.
Mulailah ketika 3 botol itu habis, warung-warung dan pedagang rokok
memesan ulang Aqua, dan kali ini sudah membayar, tidak lagi gratis.
Strategi distribusi ini memang kelihatan sederhana, namun berhasil
membuat Aqua tersebar dimana-mana. Dengan cepat masyarakat lokal bisa
menemukan Aqua di pedagang kecil, pasar, restoran, dan hotel sekalipun.
Target Pak Tirto juga sangat tinggi. Sekian persen untuk pasar, sekian
persen untuk restoran, sekian persen untuk hotel, yang penting Aqua ada
dimana-mana. Perlahan pengakuan masyarakat terhadap merk Aqua pun mulai
timbul, meskipun masih sangat kecil. Masih banyak yang merasa aneh
kenapa mereka harus membeli air dalam botol, ketika air rebus dari air
tanah masih bisa diminum.
Kembali lagi kecemerlangan strategi bisnis Pak Tirto keluar. Aqua
berusaha mengasosiasikan produknya dengan “air minum sehat”. Mereka
berusaha mengedukasi pasar bahwa air minum botolan lebih segar dan sehat
daripada air rebusan. Caranya? Dengan cara memberikan banyak
sponsorship pada acara-acara olahraga dan anak muda. Puncaknya, Aqua
menjadi salah satu sponsor PON, Pekan Olahraga Nasional yang merupakan
kompetisi olahraga terbesar nasional. Akhirnya mindset terbentuk pada
masyarakat, Aqua ini airnya atlet, airnya orang sehat, jadi kalau mau
sehat, ya harus minum Aqua. Mindset kuat ini berhasil membuat market
dari air minum dalam kemasan menjadi besar, dan Aqua pun menjadi booming
di masyarakat.
Seperti layaknya gadis yang semakin cantik dan sexy, pasar air minum
dalam kemasan yang membesar pun tampak sangat sexy di mata banyak orang.
Akhirnya kompetitor atau pesaing pun mulai bermunculan. Aqua yang
awalnya menjadi single player di industri ini, mendadak harus bersaing
dengan beberapa kompetitor sekaligus. Internal perusahaan menjadi tidak
tenang, mereka takut Aqua kalah dalam persaingan.
Sekali lagi, Pak Tirto menunjukkan kelasnya sebagai pengusaha sukses
yang telah matang. Beliau hadir bagaikan obat penenang untuk internal
perusahaan. Bukannya kawatir, Pak Tirto malah bersyukur dengan kehadiran
kompetitor tersebut.Beliau berkata, “Jangan takut sama kompetitor,
rangkullah mereka. Karena dengan competitor, saya yakin industri semakin
maju. Berarti masyarakat justru akan semakin teredukasi tentang
sehatnya air minum kemasan ”. Ketenangan ala Pak Tirto ini menyuntikkan
semangat baru pada internal perusahaan Aqua. Resiko sebagai pioneer
adalah diserang berbagai pihak pesaing. Bukannya stress atau tertekan,
Pak Tirto itu justru suka tertawa sambil menggelengkan kepalanya dengan
lucu. Beliau adalah orang yang berpikiran sangat positif, sederhana, dan
menyenangkan bagi banyak pihak.
Guncangan terbesar Aqua terjadi ketika sosok penenang sekaligus bapak
dari semua karyawan Aqua, Pak Tirto, meninggal di usianya yang ke 64
tahun. Praktis ketika beliau meninggal pada tanggal 16 Maret 1994, hari
itu juga menjadi hari terkelam dalam sejarah Aqua. Pihak internal
perusahaan sekali lagi sempat kehilangan arah. Mungkin kalau
dibandingkan dengan dunia bisnis modern, bagi Aqua, kehilangan Pak Tirto
sama saja dengan kehilangan Steve Jobs bagi Apple. Pihak manajemen
merasa Aqua membutuhkan sosok kuat yang sudah berpengalaman, yang
mempunyai karakter yang sama dengan Pak Tirto.
Maka dengan niatan tersebut, kerjasama historis dengan Danone dari
Prancis pun terwujud. Danone yang merupakan salah satu perusahaan air
minum dalam kemasan terbesar di dunia adalah solusi terbaik bagi Aqua
untuk mewujudkan cita-cita Pak Tirto. Kerjasama antara Aqua dan Danone
semakin memantapkan posisi Aqua sebagai air minum terbesar di Indonesia.
Cita-cita Pak Tirto untuk membuat warna biru sejajar dengan warna merah
pun semakin mendekati kenyataan.
Bagaimana menurut anda Sobat Studentpreneur? Kapan anda akan mewujudkan cita-cita anda sendiri?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar