Anak kecil itu berdiri di hadapan kakek tua dan secara saksama
memperhatikannya. Dalam hatinya ia berpikir bahwa saat ini akan
berakhirlah reputasi bapak tua itu sebagai seorang bijak, karena ia amat
yakin bahwa si kakek itu tak akan mampu memberikan jawaban yang
memuaskan. Setelah cukup lama memperhatikan kakek itu, dan sambil
mengangkat tangannya yang tergenggam, anak itu mengajukan sebuah
pertanyaan;
“Kakek yang bijaksana; katakanlah kepadaku, apakah burung kecil yang
ada dalam genggaman tanganku ini masih hidup atau telah mati?” Anak itu
berpikir, kalau dijawab sudah mati, maka ia akan melepaskan burung yang
masih hidup dalam genggaman tangannya itu terbang. Sebaliknya, bila
dijawab masih hidup maka ia akan meremuk keras burung tersebut hingga
mati. Dengan itu pak tua tersebut akan kehilangan nama baiknya.
Anak itu semakin tidak sabar menanti, karena kakek tua tersebut tidak
segera memberikan jawabannya. Setelah agak lama berpikir, kakek tua itu
berkata;
“Secara jujur harus aku katakan bahwa aku tak tahu apakah burung
kecil dalam genggamanmu itu masih hidup atau telah mati. Namun aku tahu
satu hal, yakni bahwa nasib burung itu berada dalam genggaman tanganmu.”
Hidupkupun bagaikan nasib burung kecil itu, karena Tuhan menghargai kebebasanku untuk menentukan arah dan nasib hidupku sendiri.
(Dikutip dari Kumpulan Cerita Inspirasi dan Motivasi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar